Untitled (3)


Seperti daun kering di ujung ranting,

bertahan ditampar hujan, bergetar ditiup angin.

Seperti kerikil di tepi sungai,

memecah seribu ditendang.

Serpihnya bertahan sepanjang alir.

Seperti pepohonan di sepanjang langkahmu,

Meranggas menghindar kering,

mencuri napas di tengah kemarau.

Seperti tujuanmu di balik pintu,

hanya kau yang melihat.

Namun hanya aku yang mengerti.

Seperti titik-titik bintang ketika malam.

Bersinar, lalu hilang.

 

Malang, 13 Februari ’10

19:17

Bidadari


Kami selalu tegar, setiap kalian tampar.

Selalu bangun, setiap kalian tendang.

 

Siapakah?

Bukahkah kami wanita-wanita suci,

yang kehadirannya dihargai?

seharusnya.

 

Siapakah?

Tempat kalian selalu kembali,

setiap tersingkir, setiap tertolak.

Dalam pelukan kami, kalian terjatuh,

menangis diam-diam.

 

Harus pergi pada siapa, setiap kami terluka?

Harus bertumpu pada siapa, setiap kami lelah?

 

Bukankah kami wanita-wanita suci,

selalu tegar setiap kalian tampar,

selalu bangun setiap kalian tendang.

Matikah?

Tidak.

Karena kami harus mengukir garis darah,

anak-anakmu.

 

Malang, 29 Januari 2010

Pukul 21.49 

(thanks for Kalyani, you are the strongest mother I ever know. May god and happiness will always be with you :))